Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Kepala SMAN 1 Muara Beliti Akui Langgar Aturan dalam Penggunaan Dana BOS

Musi Rawas, CENTER-POST.COM- Pagi itu, sinar matahari perlahan merayap ke dalam kantor kepala SMA Negeri 1 Muara Beliti. Namun, meskipun pagi itu cerah, terdapat Keputusan Kepala Sekolah yang tetap menggantung seperti bayangan yang gelap di sudut ruangan. Kepala Sekolah yang dihormati oleh siswa, staf dan guru-guru, kini diguncang oleh kontroversi yang ia sendiri ciptakan.

Kisahnya dimulai dengan sebuah kebijakan yang seharusnya membantu memelihara dan meningkatkan sarana dan prasarana sekolah. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang seharusnya digunakan untuk pemeliharaan ternyata diduga disalahgunakan untuk membangun dari nol. Sebuah perbuatan yang menimbulkan tanda tanya besar dan merusak kepercayaan dalam kepemimpinan Sekolah.

Kepala SMA Negeri 1 Muara Beliti Surantini, dengan kebijakan yang ia klaim sebagai tindakan untuk memenuhi kebutuhan siswa, sebenarnya telah mengambil langkah yang meragukan dan menciptakan landasan yang sangat tidak tepat dalam kepemimpinan Sekolah. Tindakan ini seolah-olah dimotivasi oleh niat baik, namun seharusnya tidak melewati batas etika dan kebijakan yang berlaku.

Memulai dengan pembangunan sarana dan prasarana sekolah di bawah samaran pemulihan, kepala sekolah ini mempermainkan sistem pendanaan yang telah ditetapkan. Dirinya sendiri menyadari bahwa penggunaan dana BOS untuk proyek-proyek tersebut tidak diizinkan, ia mencoba untuk melegitimasi tindakannya dengan berbicara tentang kebutuhan siswa. Namun, alasan ini tidak dapat mengaburkan kenyataan bahwa tindakan tersebut tidak sah dan menciptakan prinsip yang berbahaya.

“Ini panggung untuk senam kito belum selesai masih proses, di pinggir lapangan ini untuk trak jogging anak-anak dan jugo supaya guru tidak lagi menginjak tanah. Saya mengakui salah, sebenarnya kan idak boleh membangun ini tapi anak-anak butuh, jadi kalau idak cak ini kito idak punyo. Yo walaupun utang dulu dengan toko,” ungkap Surantini saat mengajak media meninjau lingkungan Sekolah pada Rabu (20/09/2023).

(Foto : Kondisi Panggung Instruktur Senam di lapangan SMAN 1 Muara Beliti)

Selain itu, tindakan kepala sekolah untuk membangun ulang atap auditorium menggunakan uang pribadinya, yang kemudian dianggap sebagai pinjaman yang akan dikembalikan melalui dana BOS dalam satu tahun, menunjukkan ketidakprofesionalan dan ketidakjelasan dalam pengelolaan dana sekolah. Tindakan ini mengarah pada pertanyaan etika dan transparansi dalam manajemen keuangan sekolah.

“Karena musibah angin puting beliung itu kan habis atap itu rusak idak biso dipake lagi, sebagai pemimpin aku malu kalau idak biso mengatasi ini makanya saya ambil kebijakan bangun rangka dan atap yang lebih kokoh pakai duit pribadi dulu sebagai pengorbanan saya Rp 60 Juta. Alhamdulillah sudah selesai balik duit nyo lamo jugo dalam 1 tahun itu,” lanjut Surantini.

(Foto : Kondisi Atap Auditorium SMAN 1 Muara Beliti)

Lebih jauh lagi, membiarkan ruang kelas lokal yang sebenarnya bisa direhabilitasi ringan tetapi tidak dilaksanakan dengan alasan bahwa mereka akan mendapat bantuan dari Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, adalah tindakan yang merugikan siswa. Kepala sekolah harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa fasilitas sekolah tetap dalam kondisi baik, tanpa mengandalkan janji bantuan yang belum tentu akan datang.

“Jadi kita tahun ini kelebihan lokal karena siswa nya hanya 400, lokal itu memang tidak digunakan. Belum direhab karena nanti akan direhab oleh Dinas Pendidikan, sudah di cek oleh pak Kabid,” tutup Surantini.

Kepala SMA Negeri 1 Muara Beliti Surantini, dengan kebijakan-kebijakan yang ia ambil, telah melanggar prinsip-prinsip integritas, transparansi, dan etika dalam kepemimpinan sekolah. Sementara niatnya mungkin baik, itu tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk mengabaikan aturan dan kebijakan yang ada. Pemimpin sekolah harus memastikan bahwa pengelolaan sumber daya dan pembangunan sarana sekolah dilakukan dengan integritas dan profesionalisme tertinggi, demi kepentingan siswa dan masa depan pendidikan. (Dedi Brades)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page